Biografi Afrizal Malna

Feb 26, 2012

Afrizal Malna

Afrizal Malna merumuskan dan memperlakukan puisinya sebagai instalasi kata-kata dan mozaik gambar-gambar yang tak selalu saling punya hubungan linier ataupun ikatan antarkata dan antarfrasa yang tertib dan masuk akal, sehingga struktur bangunan dan logika puisinya cenderung fragmentaris dan sering absurd, cenderung tak hendak menyerupai suatu bangunan bahasa yang integral dan cocok dengan segala hukum
representasi. Sehingga, membaca puisi Afrizal harus selalu ekstra waspada dan siap-siap untuk melompat ke sana dan ke sini dan terasa ”kacau, agar bisa tetap mengikuti arah bahasa dan tebaran imajinasi dalam arus lalu lintas penulisan puisinya.

Bagi Afrizal Malna, puisi tak selalu harus diperlakukan dengan cara mempraktikkan keketatan disiplin berbahasa dan berpuisi yang harus koheren, sinkron, mematuhi prinsip-prinsip sintaksis maupun semantik konvensional. Sebab, menurut penyair ini, kata adalah lembaga komunikasi yang paling susah dipegang, bobrok dan busyet. Bahasa mungkin merupakan ciptaan manusia yang paling punya banyak masalah. Bahasa pada dasarnya medan komunikasi sehingga setiap hal yang menyimpan atau menyampaikan pesan kemungkinan besar menjadi bahasa atau sudah menjadi bahasa dalam keseluruhan dirinya Konsekuensi dari itu semua adalah puisi mestinya memiliki pendaman ”misteri, memiliki kekuatan untuk menghubungkan berbagai ingatan pembaca ke dalam bentukan semantik tertentu. Pembaca bisa membuat permainan baru dari korespondensi antar ingatan-ingatannya sendiri. Sebab puisi tak hidup dalam dirinya sendiri, puisi hidup dalam diri pembaca yang terbuka terhadap ingatannya atau berbagai pengalaman pribadi dan sosial.

Kata, bagi penyair ini, selalu memiliki ruang luar dan ruang dalam. ”Ruang luar kata” adalah konvensi komunikasi yang berlangsung dalam wilayah publik. Berbagai pernik-pernik komunikasi saling berhubungan dalam ruang ini. Sifatnya sangat umum dan pragmatis. Mitos dan berbagai pandangan stereotip, wacana, dan ideologi, dibawa ke ruang ini lebih sebagai pengukuhan dan stabilitas publik dalam menjalankan berbagai mekanisme hubungan yang telah dilembagakan. Kediktatoran bahasa mungkin terjadi di ruang ini yang mereduksi kualitas kehidupan publik. Sedangkan ruang dalam kata” sifatnya pribadi dan subjektif. Sebuah kebebasan yang bekerja dan bertindak dalam ruang yang terbatas. Karena itu pengejaran dalam pelaksanaan kebebasan tersebut cenderung bergerak ke dimensi kualitasnya dan bukan kuantitasnya. Puisi menjadi menarik karena ia sesungguhnya merupakan produk dari ruang dalam kata, lalu mencoba keluar menemui publik.

Kehadiran puisi di antara mitos, berbagai pandangan stereotip, wacana atau ideologi mungkin seperti orang asing yang tak mau tunduk ke dalam konvensi hubungan-hubungan publik yang berlangsung di ruang luar itu. Puisi sesungguhnya mencoba merajut kembali hubungan antara ruang luar dan ruang dalam sebagai representasi pembagian kerja kebudayaan dan peradaban yang dilakukan manusia. Citraan benda-benda dan kosmos urbanjuga menjadi salah satu karakter yang menonjol dalam puisi-puisi Afrizal Malna. Selain sebagai instalasi kata-kata, puisi Afrizal Malna juga menggambarkan suatu instalasi benda-benda urban. Benda-benda urban itu menjadi sosok atau subjek yang ”hidup, memiliki ”biografi” tersendiri sebagaimana makhluk hidup pada umumnya dan membangun personifikasi dalam puisi-puisi Afrizal Malna.

Benda-benda telah menjadi lingkungan semiotik yang sangat sensitif, membangun bahasa imajinasi tersendiri yang khas, menyusun rangkaian-rangkaian pengucapan yang membawa asosiasi pembaca ke sebuah wilayah yang bernama urban. Afrizal Malna tentu kurang fasih bicara lewat bahasa dari lingkungan khazanah alam-agraris, misal kabut, batu, langit, daun, angin, atau bulan, yang biasa dipakai penyair kita kebanyakan selama ini. Ia menulis puisi lewat lingkungan bahasanya dan kosmosnya sendiri, yang dia kenali dan akrabi secara alami, yaitu lingkungan urban.

Sejak 1983 hingga 1993, ia banyak menulis teks pertunjukan untuk Teater SAE. Tahun 1995 membuat pertunjukan Seni Instalasi bersama Beeri Berhard Batscholat dan Joseph Praba di Solo. Dan tahun 1996 kolaborasi pertunjukan seni instalasi Kesibukan Mengamati Batu-batu, dengan seniman dari berbagai disiplin di TIM Jakarta. Afrizal
pernah mengunjungi beberapa kota di Swiss dan Hambrug, memberikan diskusi teater dan sastra di beberapa universitas dalam rangka pertunjukan Teater SAE 1993 yang mementaskan naskahnya.
Nama :

Afrizal Malna

Lahir :
Jakarta, 7 Juni 1957

Pendidikan :
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Profesi :
Penulis


Karya Tulis :
Abad Yang Berlari (1984),
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990),
Arsitektur Hujan (1995),
Biography of Reading, (1995),
Kalung dari Teman,
Perdebatan Sastra Kontekstual (1986),
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987),
Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991),
Dinamika Budaya dan Politik (1991),
Traum der Freiheit Indonesien 50 jahre nach der Unabhangigkeit (1995),
Ketika Warna Ketika Kata (19950,
Pistol Perdamaian Cerpen Pilihan Kompas (1996),
Dalam Frontiers of World Literature (1997),
Dalam bahasa Jepang; jurnal Cornell University (1996),
Dan Anjing-anjing Memburu Kuburan, Cerpen Pilihan Kompas (1997)



Penghargaan :
Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Neder-land Wereldomroep (1981),
Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika harian Republika, (1994),
Dan esei majalah Sastra Horison, (1997),
Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta, (1984).

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, dimohon menggunakan kata yang sopan. Pilihlah Anonym jika anda tidak mempunyai akun blogspot atau google. terimakasih sudah berkunjung

BIKIN PIN YUK

BIKIN PIN YUK
Bikin pin untuk aksesoris dan souvenir

Statistik