Atas kehendaknya sendiri kehidupan sering memanjakan seseorang dengan cara memberinya kecantikan. Srintil, ronggeng Dukuh Paruk dan sekaligus daya hidup pedukuhan yang melarat itu, adalah salah seorang diantara mereka yang mendapat hadiah kecantikan. Bagi Srintil, menjadi ronggeng adalah tugas hidup yang sudah ditentukan dalam cetak biru pakem hidupnya. Namun ketika status ronggeng ternyata mengantarkannya ke rumah penjara selam dua tahun, Srintil berupaya merayap menggpai makna kehidupan yang lebih terang. Dengan kemampuan nuraninya sendiri Srintil berhasil mencapai dataran di aman dia mendapat keyakinan baru. Bahwa
menjadi perempuan milik umum tidak lebih berharga daripada menjadi perempuan rumah tangga. Keyakinan baru ini dibelanya keras. Dan Srintil merasa hampir menang ketika seorang lelaki bermartabat kelihatan menaruh minat kepadanya. Sayang, kehidupan masih ingin membanting Srintil sekali lagi; bantingan dahsyat, sehingga kemanusiaan Srintil hanya tersisa pada sosok dan namanya.
Srintil yang hancur jiwa dan raganya menggugah kesadaran Rasus, anak muda sepermainan Srintil ketika bocah. Rasus akhirnya mengerti, Srintil yang tinggal menjadi puing dan Dukuh Paruk yang melarat seumur-umur adalah amanat baginya. Srintil harus dibebaskan dari kegetiran dan Dukuh Paruk bersama puaknya tidak bisa lebih lama dibiarkan seperti apa adanya.
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, dimohon menggunakan kata yang sopan. Pilihlah Anonym jika anda tidak mempunyai akun blogspot atau google. terimakasih sudah berkunjung