satu dua antara belantara (rambut
putih kehilangan hitam), satu dua
kelokan lengang menjelang malam. di ujung
menunggu pedang dengan rajam + rajam
"bila mulut banyak mengunyah, bila lambung
banyak memamah, bila darah hanya berlemak:
apa tak terbaca plakat orang-orang lapar
pada setiap kerut lipat kulit perut?"
megap-megap bagai ikan, merayap bagai ketam
: tangan si miskin terkunyah larut di darah
o, mengapa hanya malaikat yang tahu, senyum
melihat jantung diremas-gemas dendam si lapar
jalan lengang, jalan panjang, jalan bimbang
bulan ramadhan; mengapa hanya malaikat yang
tahu? mengapa
mengapa hanya malaikat
1979/1983/1987
Puisi Beni Setia - Mengapa Hanya Malaikat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, dimohon menggunakan kata yang sopan. Pilihlah Anonym jika anda tidak mempunyai akun blogspot atau google. terimakasih sudah berkunjung