Puisi Sahabat "Sebuah Pematang : kepada kawan" oleh Iqbal H Saputra

Nov 26, 2010

"Sudahlah, tak baik menyimpan ranggas dalam lumbung hati.
Musim sedang tak baik. Matahari nyalang melebihi biasa.
Bisa terbakar nanti."

Kau masih saja mengasah arit itu
Tak cukup tajamkah waktu selama ini
Yang menyayat hati ibumu?
Kau terus saja menghabiskan umur
Hanya untuk merangkak di belukar nasibmu sendiri
Ah, kau tak ubah ular hijau yang
Merayap di atas retak tanah


"Kawan, musim sedang tak berkawan
Usahlah meronce api."

Kau gaduhkan perhatian sekitar dengan aritmu
Kau tebas ilalang yang baru saja menjulang
Kau sibuk mengurus ladang orang lain
Sedang di ladangmu padi belum menguning
Seperti nasibmu yang belum jua di panen
: sebab alu aritmu masih tersimpan di lumbung matahari


Kawan, ladang ini masih muda
Baru saja ditanami benih
Belum dua purnama
Usah kau tebas pepucuk
yang baru saja menghijau dengan aritmu itu
Tak baik
Bukankah kita pernah seladang
Bercocok tanam di tanah yang sama
Menanam benih serupa
Bermandi hujan dan dihunjam matahari
Jua bersama

Pulanglah
Biar aku yang mengurus ladang ini
Umurmu terlalu renta untuk mencangkulnya
Biarkan aku menikahi bulan dan matahari
Hingga saatnya tiba
Kan kubagi selumbung senyum untukmu

Lawang Abang-Jogja
November 2010

2 comments:

ghaseumi jongsinhyesoek said...

intinya tu ya,,,,,,, mang dah bgs,,,
jd gak da yg prlu dkomomen hemmmm
he,,,,,,,,,,,,,,,,

anna boenqa hittam said...

izin share...
karena jatuh cintta pada untaian kattanya... ^ ^

Post a Comment

Silakan berkomentar, dimohon menggunakan kata yang sopan. Pilihlah Anonym jika anda tidak mempunyai akun blogspot atau google. terimakasih sudah berkunjung

BIKIN PIN YUK

BIKIN PIN YUK
Bikin pin untuk aksesoris dan souvenir

Statistik