Pantomim adalah seni pertunjukan imajinatif yang memvisualisasikan suatu objek
atau benda menggunakan gerakan tubuh dan mimik wajah untuk dapat
menyampaikan rasa dan pesan. Lomba Pantomim lebih menitikberatkan pada
kreativitas, perkembangan karakter, olah gerak (motorik anak), dan ekspresi anak
yang bermuatan lokal serta menjunjung nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Pantomim
Catatan Luqman : Pemimpin
Menjadi pemimpin itu memang tidak mudah. Menjadi pemimpin itu bukan hanya tentang membangun gedung, membangun sistem, membangun relasi. Tapi hal yang paling utama yang dibangun adalah sosial. Sebuah bangunan mudah dibuat dengan berhutang, sebuah sistem bisa dibangun dengan menjiplak, sebuah relasi bisa dibangun dengan sebuah proposal yang saling menguntungkan.
Membangun sosial artinya mampu berinteraksi dalam sebuah kelompok,antar kelompok atau antar individu. Sosial tidak hadir begitu saja namun membutuhkan proses, proses yang sangat sulit untuk diprediksi. Membangun sosial artinya kita melebur dan memahami berbagai karakter agar bisa menjadi sebuah barisan.
Sebuah bangunan yang megah akan membatu kita dalam menunjukkan kesuksesan. Sebuah bangunan akan mempermudah kita dalam melaksanakan berbagai pekerjaan. Namun bangunan yang megah tak akan mengawal kita menjadi pemimpin yang bertahan untuk selamanya. Saat kita seorang pemimpin merasa kesulitan, bukan bangunan yang akan membantu menyelesaikan masalah, tetapi sosialnya. Seorang pemimpin akan mampu menyelesaikan masalahnya dengan mudah dengan sosialnya. Dimana dengan hasil sosialnya yang baik akan meggiring orang-orang membantu dan mendekat. Bahkan ketika banguna itu sudah roboh orang akan mudah dengan peduli dan simpati. Maka kita tahu kenapa orang menjadi apatis terhadap seorang pemimpin.
Membangun sosial mempunyai banyak cara dan seni. Berbeda ketika kita membuat sebuah sistem yang baik. Sistem yang sangat sempurna akhirnya runtuh karena tidak ada kemanusiaan didalamnya. Sebuah sistem yang sempurna hanyalah sistem untuk menjalankan sebuah robot. Robot yang tidak akan mempuyai perasaan dan hati layaknya manusia. Sistem yang baik adalah sebuah sistem yang mampu mewadahi sebuah sosial dimana kebijakan seorang pemimpin mampu merubah kekakuan suatu sistem.
Membangun sosial, membangun sebuah interaksi yang mana norma-norma kemanusiaan hadir. Bagaimana seorang pemimpin mampu memahami situasi dengan mengesampingkan sistem. Bagaimana hal positif bisa dibangun dengan interaksi sosial. Sayangnya sebuah sosial tidak dibentuk secara instan, karena sosial itu adalah proses sedari kecil. Maka untuk membentuk seorang pemimpin yang baik adalah dari sebuah keluarga.
Sebuah Catatan
Labels: Catatan Luqman
Maafkan Ayah
Selamat malam yg terlelap
Maafkan ayah yang hanya membawa lelah
kadang aku ingin waktu tak terhenti
karena kebersamaan adalah bagian dari rasa rindu
jika aku bisa jika aku mampu
sebagian waktu sangatlah berharga
penyesalan ketika kerut ini kusandang bersama pulang
dan engkau telah bersama mimpi
ingin ku peluk sekali ... walau yang terpandang hanya lusuh
tapi apa peduliku, senyummu adalah
bagian yang tak tergantikan...
Jogja 5/3/2015
Maafkan ayah yang hanya membawa lelah
kadang aku ingin waktu tak terhenti
karena kebersamaan adalah bagian dari rasa rindu
jika aku bisa jika aku mampu
sebagian waktu sangatlah berharga
penyesalan ketika kerut ini kusandang bersama pulang
dan engkau telah bersama mimpi
ingin ku peluk sekali ... walau yang terpandang hanya lusuh
tapi apa peduliku, senyummu adalah
bagian yang tak tergantikan...
Jogja 5/3/2015
Labels: Puisiku
Kemudian
Kemudian tersenyum seperti pagi yang mendung. Berkata seperti djangkrik-djangkrik tak terusik.
SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT karya : Eka Budianta
Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.
Puisiku – telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja
Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya
Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu
Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi
Jakarta, 2003
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.
Puisiku – telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja
Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya
Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu
Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi
Jakarta, 2003
Labels: Puisi Eka Budianta
Subscribe to:
Posts (Atom)